Industri Penerbangan dan Masa Pemulihan dari Pandemi

Beberapa minggu terakhir saya baru menyadari bahwa pesawat-pesawat komersial telah kembali melintas di angkasa secara rutin hampir setiap jam. Kebetulan rumah saya bisa dibilang cukup dekat dengan bandara dan pesawat melintas tepat diatas rumah. Dulu saat awal pandemi dan ketika beberapa kota memutuskan untuk menutup diri dari pengunjung, saya hampir tidak pernah mendengar suara pesawat terbang selama beberapa waktu. Namun sekarang sejak pagi hingga malam hari, hampir selalu ada pesawat yang melintas. Apakah sekarang telah memasuki masa pemulihan dari pandemi?

Menurut data yang dirilis setiap hari oleh menteri kesehatan, jumlah penderita baru Covid 19 masih terus bertambah. Hingga tanggal 25 Agustus 2020, jumlah orang yang terinfeksi sebanyak lebih dari 155 ribu orang, dengan rata-rata penambahanan lebih dari 1.000 kasus per hari. Berdasarkan kenyataan tersebut, beberapa ahli pandemi menyatakan bahwa kita bahkan belum melewati masa puncak pandemi. Namun demikian, kehidupan harus terus berlanjut dengan cara berkompromi dengan keadaan. Penerapan protokol kesehatan dan pembiasaan baru menjadi keseharian yang harus ditaati.

Ketika diumumkan sebagai kejadian luar biasa pada awal Maret 2020, pandemi ini berdampak luar biasa bagi ekonomi. Beberapa sektor usaha terkait jasa seperti transportasi, wisata, maupun perhotelan menjadi lumpuh. Pembatasan gerak dan penutupan akses, membuat industri transportasi, perhotelan dan tempat wisata menjadi mati suri. Hotel-hotel tidak mendapatkan pengunjung karena aturan tersebut, maskapai tidak mendapatkan penumpang karena tidak ada yang bisa keluar kota, dan pariwisata lumpuh karena banyak orang takut berpergian dan juga menahan pengeluaran untuk kebutuhan tersier. Dampaknya adalah hotel dan maskapai terpaksa melakukan PHK pada karyawannya karena tidak ada pemasukan.

Meskipun demikian, keadaan ini seperti dua sisi yang saling bertolak belakang. Pemerintah dihadapkan pada dilema untuk menyeimbangkan keduanya, mengendalikan penyebaran virus dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Keputusan yang cepat dan tepat harus diambil untuk menghindari masyarakat dari terjangkit virus dan tetap menumbuhkan ekonomi. Dengan pertimbangan-pertimbangan yang cermat, pemerintah mulai mengizinkan sektor-sektor usaha tersebut untuk beroperasi kembali dengan menerapkan prosedur yang baru, yaitu penerapan protokol kesehatan. Pada industri penerbangan, calon penumpang diharuskan melakukan pengecekan kesehatan mandiri dan menunjukan bukti tidak terjangkit virus.

Sekarang industri penerbangan sedang mencoba untuk pulih kembali meskipun berat untuk pulih dalam waktu cepat. Aturan physical distancing yang berkaitan dengan pembatasan jumlah penumpang menjadi tantangan bagi maskapai untuk memaksimalkan pendapatannya. Belum lagi aturan penerapan protokol kesehatan yang juga dapat meningkatkan biaya operasi. Meskipun demikian, bergeliatnya industri tersebut tentu membawa hal-hal yang positif. Maskapai mulai berbenah diri, misalnya dalam hal personel seperti memanggil kembali karyawan yang dirumahkan, seiring dengan meningkatnya operasional perusahaan. Bukan tidak mungkin akan terjadi rekrutmen dalam skala besar ketika industri ini telah kembali normal.

Bagaimana dengan kondisi persaingan dalam kondisi pandemi? Jika merujuk pada konsep daya tarik industri-nya Michael Porter, perusahaan harus mencermati lima kekuatan pada lingkungannya yang dapat mempengaruhi posisinya dipasar. Lingkungan ini akan menentukan “kesehatan” perusahaan dimasa yang akan datang. Namun tentu konsep ini akan sedikit berbeda dengan konsep aslinya, dikarenakan semua kekuatan tersebut sebenarnya terdampak oleh pandemi. Bisa jadi terjadi perubahan komposisi pada masing-masing kekuatan tersebut, ada yang keluar dan mungkin ada yang masuk. Perusahaan tentu tidak ingin menjadi bagian yang hilang, maka perlu memperhatikan kekuatan-kekuatan tersebut.

Kekuatan pertama yang harus diperhatikan adalah pesaing langsung, tentu mengalami kesulitan yang sama untuk mendapatkan konsumen. Bahkan kekuatan produk pengganti, seperti angkutan darat mengalami hal yang sama ketika diterapkan kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB). Tidak berbeda dengan kekuatan ketiga dan keempat, konsumen dan supplier juga mengalami kondisi yang sama. Konsumen cenderung akan menahan diri untuk melakukan perjalanan, sementara supplier kesulitan mendapatkan pesanan dari vendor karena berkurangnya operasi. Kekuatan terakhir yang harus diperhatikan adalah pendatang baru, walau saya tidak terlalu yakin akan muncul pendatang baru yang masuk dalam lingkungan yang tidak pasti seperti sekarang.

Saya optimistis industri penerbangan akan kembali normal pada tahun 2021. Meskipun jika diibaratkan komputer, dibutuhkan sejumlah waktu agar komputer dapat bekerja secara normal setelah dalam kondisi mati. Memang pada masa pemulihan ini, pemasukan mungkin belum dapat dimaksimalkan, namun secara bertahap akan terus meningkat seiring dengan kondisi yang berangsur normal. Ketika kondisi tersebut tiba, industri penerbangan tentu akan meningkatkan skala bisnisnya seperti dengan merekrut tenaga kerja baru maupun investasi pada peralatan baru. Terakhir, seperti halnya manusia yang sedang dalam masa pemulihan dari kondisi sakit, industri penerbangan harus benar-benar menjaga kesehatannya, dengan cara “meminum obat dan mematuhi anjuran dokter”, serta “tetap berada dilingkungan yang sehat”. Semoga lekas pulih.

Mohammad Eko Fitrianto: Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen, Universitas Gadjah Mada

Leave a comment